Selasa, 30 April 2019

Sekilas Tentangku "My Name is Faaza"


Perkenalan!


Namaku Faaza. Usiaku sekarang sudah kepala tiga (usia tidak menunjukkan penampakannya). Aku adalah seorang muslimah, Ibu dari calon tiga anak, Istri dari seorang lelaki hebat sekaligus anak dari orang tua tangguh. Aku begitu memerhatikan yang namanya penampilan. Sekalipun dalam tampilan yang sederhana. Dengan wajah minimalis, dalam balutan Hijab syar'i (khimar dan jilbab), itulah diriku. Aku terbiasa dengan penampilan apa adanya. Selama itu mencerminkan identitasku sebagai seorang muslimah.

Sebelum mengenal Islam Kaffah, aku sebagaimana muslimah pada umumnya. Sehari-harinya, style yang menjadi andalan adalah setelan baju lengan panjang, celana jeans. Kadang juga ditambah jaket. Sekalipun dalam balutan Hijab, sedikitpun tak menghilangkan sisi tomboy dalam diriku.


Awal mula hijrah, saat aku kuliah semester kedua. Alhamdulillah, aku diterima tuk melanjutkan pendidikan di sebuah perguruan tinggi negeri di kota yang mendapatkan julukan "Kota Seribu Sungai". Banjarmasin. Kota yang menjadi tanah kelahiranku. Dengan jurusan akuntansi di fakultas Ekonomi. Aku memulai kehidupan baru sebagai mahasiswa. Kesempatan emas, karena tak semua orang dapat mengenyamnya. Terlebih aku mendapatkannya melalui jalur seleksi SMPTN kala itu. Ini pun setelah melalui proses berpikir yang panjang, hingga akhirnya keputusan ini dibuat. Mengingat selepas SMA, aku sempat bertahan satu tahun tuk bekerja.


Wajarlah, sebagai anak pertama, aku tak ingin terlalu bergantung pada siapapun. Termasuk pada kedua orang tuaku. Ayah yang mengajarkan padaku bagaimana hidup harus semandiri mungkin. Hingga aku tumbuh dengan prinsip hidup yang kuat. Memiliki motivasi yang tinggi serta pantang menyerah saat ingin mencapai sesuatu. Intinya, semisal apa yang ingin kucapai belum terealisasi, tak akan berhenti tuk mengejarnya.


Aku tidak lahir dari orang tua yang kaya raya, namun berkecukupan. Buktinya aku dan adik bisa mengenyam pendidikan hingga ke perguruan tinggi. Karena menurut kedua orangtuaku, pendidikan adalah sebuah kebutuhan premier yang harus dipenuhi. Sekalipun kerasnya pengorbanan yang harus mereka lakukan itu tak mengapa. Asalkan mereka bisa membekalkan ilmu yang akan menjadi investasi jangka panjang di masa depan. Sekalipun terselip unsur duniawi berupa materi di sana. 


Aku memiliki seorang adik laki-laki. Yoga nama panggilannya. Dia satu-satunya adik yang menjadikan hidupku berasa nano-nano. Mengapa demikian? Karena kadang kita mengisi hari dengan keributan. Namun juga ada kalanya kita saling merindukan. Seperti sekarang ini, saat jarak memisahkan antara aku dan dia.


Di kampus pun aku memiliki enam orang sahabat. Inpudefilhais, namanya. Terdiri dari aku, Putri, Dewi, Fitri, Tifa, Hayan, dan Isty. Banyak suka duka dilalui bersama. Padahal sebelumnya aku kurang begitu peduli pada yang namanya hubungan. Namun seiring waktu, semua berubah. Sebagai makhluk sosial, tentu kita tak bisa hidup sendiri. Kita akan membutuhkan yang lain, begitu pun sebaliknya.


Inilah secuplik perkenalan dariku. Karena kata pepatah, tak kenal maka ta'aruf. Maka, kenalilah agar tumbuh kasih sayang, sebagai saudara, sahabat dan keluarga.

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar